Perusahaan Sukanto Tanoto Menggalakkan Sustainable Fashion

Perusahaan Sukanto Tanoto Menggalakkan Sustainable Fashion
Sumber : Aprayon.com

Pengusaha Sukanto Tanoto memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian alam. Oleh karenanya, operasional Royal Golden Eagle (RGE) yang dipimpinnya harus selalu memperhatikan lingkungan supaya tidak menghadirkan dampak negatif. Hal ini pula yang mendorong Asia Pacific Rayon (APR) menggalakkan kampanye sustainable fashion ke khalayak.

APR merupakan bagian dari RGE yang didirikan oleh Sukanto Tanoto. Mereka adalah produsen rayon viskosa pertama di Asia yang terintegrasi secara penuh dari hutan tanaman industri terbarukan. Saat ini, mereka memiliki pabrik berkapasitas 240,000 ton yang berlokasi di Pangkalan Kerinci, Riau.

Sama seperti perusahaan lain yang bernaung di bawah RGE, APR berkomitmen penuh untuk menjalankan prinsip kerja arahan Sukanto Tanoto. Mereka siap menjadi produsen rayon viskosa terkemuka yang memegang prinsip keberlanjutan, transparansi dan efisiensi operasional.

Bukan hanya itu, APR juga siap melayani kepentingan masyarakat dan negara serta memberikan nilai kepada pelanggan.

Salah satu wujud nyata ialah dengan gencar mengampanyekan fashion berkelanjutan. Hal ini dirasa sangat penting melihat kondisi pada masa kini.

Sekarang fashion sudah menjadi bagian utama dari keseharian banyak pihak. Selain bermanfaat dalam menggairahkan industri fashion, situasi tersebut menghadirkan konsekuensi negatif. Sedikit banyak, fashion  memberikan dampak terhadap pemanasan global.

Saat ini, bahan sintetis seperti nilon, poliester dan akrilik mendominasi 60 persen produksi pakaian. Padahal, semua itu memiliki bahan dasar plastik yang berasal dari minyak bumi. Akibatnya, ada efek negatif yang dihadirkan.

Penelitian menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut menghasilkan microfiber ketika dibilas dengan air. Padahal, air pada akhirnya akan berakhir di laut. Keberadaannya jadi mengancam habitat dan biota laut.

Bukan hanya itu, microfiber juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui olahan boga bahari yang dikonsumsi.

Namun, efek buruk kain berbahan dasar sintetis masih ada yang lain. Kain-kain tersebut tidak dapat terurai di tanah secara alami. Mereka hanya bisa dihancurkan melalui proses pembakaran atau berakhir di tempat pembuangan sampah. Jika tidak, kain itu akan tetap utuh selama ratusan tahun.

Situasi tersebut perlu mendapat perhatian penting. Pasalnya, waktu pemakaian pakaian sebelum dibuang semakin pendek. Data pada tahun 2017 memperlihatkan bahwa jangka waktu penggunaan baju sebelum dibuang turun hingga 36 persen selama 15 tahun terakhir.

Di Amerika Serikat saja, satu pakaian hanya digunakan rata-rata 40 kali sebelum dibuang.

Data dari Ellen McArthur Foundation pun menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat di dunia membuang sekitar 12 hingga 14 ton sampah tekstil setiap detiknya.

Bayangkan jika kondisi tersebut terus-menerius terjadi. Beban yang ditanggung bumi akan lebih berat.

Terlebih lagi, menurut World Resource Institute, emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari produksi poliester sangat tinggi. Keberadaannya setara dengan pengoperasian 185 pembangkit listrik tenaga batubara setiap tahunnya. Padahal, batubara merupakan salah satu penyumbang emisi tertinggi.

Untuk itulah, APR merasa perlu untuk memperkenalkan fashion berkelanjutan kepada publik. Dengan demikian, diharapkan dampak negatif ke lingkungan dari fashion akan diminimalkan atau bahkan dihilangkan sama sekali.

Prinsip Fashion Berkelanjutan

Perusahaan Sukanto Tanoto Menggalakkan Sustainable Fashion
Sumber : Aprayon.com

Secara umum, fashion berkelanjutan adalah suatu gerakan yang menuntut agar industri tekstil lebih mementingkan lingkungan serta masyarakat yang memproduksinya. Dengan kata lain, menerapkannya berarti bertanggung jawab terhadap berbagai hal.

Bukan hanya bertanggung jawab terhadap produksi bahan mentah yang menjadi kain, namun juga terkait lokasi dan metode pembuatan pakaian tersebut, termasuk orang-orang yang terlibat di dalamnya.

“Berdasarkan data pasar, konsumsi fashion terus meningkat, sehingga kita perlu menyadari akan pilihan fashion dan memilih secara bertanggung jawab. Pilihlah jenis kain dengan dampak yang rendah terhadap lingkungan,” kata Direktur APR Basrie Kamba.

APR memberi solusi nyata terhadap tantangan fashion berkelanjutan. Mereka menghadirkan rayon viskosa yang bisa menjadi bahan baku kain alami. Berkat itu, dampak ke alam bakal diminimalkan.

Perusahaan Sukanto Tanoto ini bisa melakukannya karena menjalankan prinsip-prinsip utama sustainable fashion. Pertama adalah asal bahan baku yang alami dan terbarukan.

Perlu disadari, dampak serat alami terhadap lingkungan jauh lebih baik dibandingkan dengan serat sintetis. Rayon viskosa yang diproduksi APR misalnya. Bahan ini terbuat dari kayu selulosa yang tidak mengandung plastik sama sekali dan mudah terurai secara natural di tanah.

Bukan hanya itu, APR juga mampu menjamin bahan baku yang diperolehnya berasal sumber legal dan berpegang terhadap prinsip berkelanjutan.

Serat yang dipakai perusahaan Sukanto Tanoto ini bersumber dari hutan tanaman industri yang dikelola dengan prinsip terbarukan.  Berlokasi di Pangkalan Kerinci, pohon di perkebunan APR dapat dipanen dalam waktu lima tahun untuk memastikan ketersediaan bahan mentah secara terus-menerus.

Konsumen bahkan bisa dengan mudah melacak asal rayon viskosa yang diproduksi APR. Mereka tinggal mengakses Followourfibre.com yang memanfaatkan teknologi blockchain untuk  memastikan asal bahan baku rayon viskosa. Di sana ditemukan detail mulai dari asal perkebunan, waktu produksi, hingga pengiriman.

Bukan itu saja, dalam proses produksi, APR mampu mengelola dengan baik emisi gas dan penggunaan bahan kimia. Mereka sanggup memulihkan 90 persen bahan kimia dalam produksi dengan sistem kontrol loop tertutup. Selain itu, pabriknya beroperasi dengan memanfaatkan energi biomassa terbarukan.

Operasional yang ramah lingkungan itu juga didukung dengan kontribusi terhadap masyarakat. APR selalu memerhatikan dampak yang dirasakan warga sekitarnya. Mereka membuka lapangan kerja dan membantu para pengrajin kain batik lokal untuk memakai kain dari rayon viskosa yang lebih aman untuk alam.

Tidak heran, APR bisa meraih sejumlah sertifikasi tanda keberlanjutan. Perusahaan Sukanto Tanoto ini mampu menunjukkan bahwa bahan bakunya berasal dari perkebunan terbarukan. Akibatnya, sertifikat Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) mampu dikantongi.

Selain itu, pabrik APR yang beroperasi pada Januari 2019 tengah dalam proses mencapai standar yang dibutuhkan dalam sertifikasi terkait operasional yang bertanggung jawab. Nanti pengeluaran gas emisi, penggunaan bahan kimia serta energi dalam skala besar, sekaligus tanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja serta masyarakat setempat akan dinilai.

Terakhir perusahaan Sukanto Tanoto ini juga berhasil memperoleh standar penghargaan ‘Standard 100’ yang diberikan oleh OEKO-TEX. Ini merupakan standar produk yang ramah lingkungan. Di dalamnya mencakup aspek-aspek berupa kualitas produk yang terurai dengan mudah dan cepat serta tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Akibatnya rayon viskosa APR dijamin bebas dari kandungan berbahaya dan aman bagi bayi dan anak-anak.

Hal-hal itulah yang dilakukan oleh APR untuk menghadirkan sustainable fashion. Mereka menghadirkan solusi terhadap industri fashion yang berkelanjutan. Buktinya ialah rayon viskosa yang diproduksi secara bertanggung jawab.

Adapun langkah-langkahnya selaras dengan arahan Sukanto Tanoto yang mewajibkan segenap pihak di RGE agar mampu berguna bagi masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate), pelanggan (Customer), sehingga akan baik bagi perusahaan (Company). Itulah prinsip kerja RGE yang juga diterapkan secara nyata di APR.