Niat Mandi Besar Haid dan Tata Cara Melakukannya

Niat Mandi Besar Haid dan Tata Cara Melakukannya

Bagi seorang wanita yang baru saja selesai haid, diharuskan untuk mandi besar atau junub. Namun perlu diketahui, jika tata cara mandi besar haid berbeda seperti yang dilakukan setiap hari.

Mandi besar haid hukumnya wajib dilakukan bagi seorang wanita. Sebelum melakukannya, terlebih dahulu harus membaca niat. Bagaimana niat mandi besar haid dan juga tata cara melakukannya? Supaya lebih jelas, simak uraian di bawah ini.

Inilah Niat Mandi Besar Haid dan Tata Cara Melakukannya

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla liraf’i hadatsil haidil lillahi Ta’aala.

Artinya : “ Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadast besar dari haid karena Allah Ta’ala”.

Bagaimanakah tata cara melakukan mandi junub yang diajarkan oleh Nabi Shalallahu Alaihi wassalam? Diawali dengan mencuci kemaluan, berwudhu sempurna. Kemudian dilanjutkan dengan menyiramkan air ke kepala sebanyak tiga kali, dialirkan seperti itu. Lalu menyiramkan air ke bagian badan lainnya. Terakhir menyiramkan kaki dengan berpindah ke tempat lainnya.

Ada beberapa hal yang wajib dipenuhi ketika melakukan mandi besar haid. Diantaranya adalah menyiramkan air ke seluruh badan, termasuk bawah rambut yang tipis maupun tebal.

Rukun Mandi

Perlu diketahui jika hakikat mandi adalah mengguyur seluruh tubuh menggunakan air, harus mengenai rambut dan juga kulit. Namun, dikarenakan ini merupakan mandi wajib atau junub, maka mesti dibedakan dengan mandi biasa. Apa yang membedakannya? Dibedakan dengan niat, niat mandi besar haid.

“Aisyah radhuyallahu ‘anha menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyatakan,

ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جَسَدِهِ كُلِّهِ

Artinya : “ Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya”. (HR. An-Nasa’i, no. 247. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadist ini shahih)

Tata Cara Mandi yang Sempurna

Hadist yang pertama :

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِه  كُلِّهِ

Dari ‘Aisyah, istri Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari, no. 248 dan Muslim, no. 316)

Hadist yang kedua :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَه ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuman, ia berkata bahwa Maimunah radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda). (HR. Bukhari, no. 265 dan Muslim, no. 317).

Kesimpulannya bahwa kedua hadist yang disebutkan di atas sama-sama diperbolehkan. Artinya, kita bisa saja mandi dengan melakukan wudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu mengguyurkan air ke seluruh tubuh. Hal ini seperti yang disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah.

Kita bisa juga menggunakan cara mandi yang dimulai dengan berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup. Dilanjutkan dengan mencuci wajah, kedua tangan dan kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh. Terakhir mencuci kaki.

Tata cara Mandi Setelah Suci dari Haid

أَنَّ أَسْمَاءَ سَأَلَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ غُسْلِ الْمَحِيضِ فَقَالَ « تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ. ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا ». فَقَالَتْ أَسْمَاءُ وَكَيْفَ تَطَهَّرُ بِهَا فَقَالَ « سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِينَ بِهَا ». فَقَالَتْ عَائِشَةُ كَأَنَّهَا تُخْفِى ذَلِكَ تَتَبَّعِينَ أَثَرَ الدَّمِ. وَسَأَلَتْهُ عَنْ غُسْلِ الْجَنَابَةِ فَقَالَ « تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ – أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ – ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُئُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاء«

“Asma’ bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, “Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisk, lalu bersuci dengannya. Lalu Asma’ berkata, “Bagaimana dia dikatakan suci dengannya?” Beliau bersabda, “Subhanallah, bersucilah kamu dengannya.” Lalu Aisyah berkata–seakan-akan dia menutupi hal tersebut–, “Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan kapas tadi)”. Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, ‘Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersungguh-sungguh dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya’.” (HR. Bukhari no. 314 dan Muslim no.332).

Baca Juga :

Di dalam hadist tersebut secara jelas ditunjukkan perbedaan antara mandi setelah suci dari haid dan mandi junub. Beberapa hal yang ada pada mandi setelah suci dari haid adalah menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air. Serta melepas kepangan supaya air bisa sampai ke pangkal rambut.

Nah itulah niat mandi besar haid dan tata cara melakukannya. Diharapkan uraian di atas bisa memberikan informasi mengenai tata cara melakukan mandi besar haid menurut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat.